BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Perkembangan kebudayaan pada saat ini sangatlah pesat.
Kebudayaan yang ada tidak saja memberikan pengaruh positif namun juga pengaruh
negative yang tidak dapat dipungkiri sangat berpengaruh bagi perkembangan anak
usia dini. Pengaruh kebudayaan barat yang sangat bertolak belakang dengan
nilai-nilai humanis ketimuran semakin jelas terlihat baik dari media elektronik
maupun dari media massa. Bahkan kemudahan mengakses segala informasi pun dapat
menjadi bumerang bagi anak jika anak tidak mempunyai ketahanan atau benteng
yang kuat yang tertanam sebagai akhlak yang menjadi pondasi jasmani dan
rohaninya.
Penanaman nilai-nilai karakter anak bisa ditanamkan
sejak dini. Hasil studi yang dilakukan Lawrence J. Schweinhart (1994)
menunjukkan bahwa pengalaman anak-anak di masa usia dini dapat memberikan
pengaruh positif terhadap perkembangan anak selanjutnya. Jadi, usia dini
merupakan masa keemasan bagi pembentukan karakter seseorang. Oleh karenanya alangkah
tepatnya apabila pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam program PAUD
yang dirancang secara kreatif.
Tantangan bagi pendidik PAUD untuk dapat memberikan sentuhan
pendidikan yang kreatif, inovatif, cerdas, dan menyenangkan sehingga dunia bermain
yang merupakan dunia anak usia dini tidak hilang begitu saja dalam
kehidupannya. Anak merasa senang ketika belajar namun tetap bisa memperoleh
inti dari pembelajaran yang tertanam sebagai karakter.
Dongeng adalah metode pembelajaran yang diyakini mampu
memberikan kontribusi dalam pembelajaran dan penanaman nilai-nilai karakter
anak usia dini. Dalam dongeng terkandung nilai-nilai filosofi dan hikmah yang
dapat diambil anak dengan cara yang menyenangkan namun anak tidak merasa
digurui. Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dongeng dipakai stimulus yang
handal untuk menasehati anak. Nasehat disampaikan dengan cara mendongengkan
suatu cerita yang mengandung pesan atau hikmah sebagai tujuannya. Anak
diarahkan untuk mau mendalami suatu dongeng untuk kemudian secara tidak
langsung diajak untuk menteladani pesan yang terkandung didalamnya sebagai
karakter yang akan menjadi pondasinya kelak saat dia dewasa.
Strategi yang digunakan dalam mendongeng sangat
bervariasi. Strategi tersebut dipakai salah satunya sebagai daya tarik anak dan
pendalaman tujuan dari suatu dongeng.
Gambar
1. Mendongeng Dengan Berbagai Alat Peraga
B. Masalah
dan Tujuan
1. Masalah
Dari
latar belakang masalah diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
a.
Bagaimanakah
KOBE MENARI bisa digunakan sebagai strategi dalam mendongeng di PAUD Islam
Terpadu Kota Wali Demak?
b.
Bagaimanakah
hasil dari penerapan KOBE MENARI sebagai strategi dalam mendongeng di PAUD
Islam Terpadu Kota Wali Demak?
c.
Kendala
apa sajakah yang dihadapi dalam penerapan KOBE MENARI sebagai strategi dalam
mendongeng di PAUD Islam Terpadu Kota Wali Demak?
d.
Faktor
pendukung apa sajakah yang menunjang dalam penerapan KOBE MENARI sebagai strategi
dalam mendongeng di PAUD Islam Terpadu Kota Wali Demak?
e.
Bagaimanakah
tindak lanjut penerapan KOBE MENARI sebagai strategi dalam mendongeng di PAUD
Islam Terpadu Kota Wali Demak?
2. Tujuan
Tujuan
dari penulisan Karya Nyataini adalah untuk mendapatkan jawaban dan deskripsi
dari rumusan masalah tersebut di atas yaitu sebagai berikut :
a.
Mendeskripsikan
KOBE MENARI sebagai strategi dalam mendongeng di PAUD Islam Terpadu Kota Wali
Demak.
b.
Mendeskripsikan
hasil penerapan KOBE MENARI sebagai strategi dalam mendongeng di PAUD Islam
Terpadu Kota Wali Demak.
c.
Menjelaskan
kendala yang dihadapi dalam penerapan KOBE MENARI sebagai strategi dalam
mendongeng di PAUD Islam Terpadu Kota Wali Demak.
d.
Menjelaskan
faktor pendukung dalam penerapan KOBE MENARI sebagai strategi dalam mendongeng
di PAUD Islam Terpadu Kota Wali Demak.
e.
Mendeskripsikan
tindak lanjut penerapan KOBE MENARI sebagai strategi dalam mendongeng di PAUD
Islam Terpadu Kota Wali Demak.
C. Strategi
Pemecahan Masalah
Dari persoalan diatas, dipakailah “KOBE MENARI” sebagai strategi dalam
mendongeng. KOBE yaitu Koran, Bekas sebagai sarana yang digunakan
dalam mendongeng, sedang MENARI
adalah tekhnik yang digunakan dalam mendongeng “Menarik, Ekspresif, Intonasi, Rileks, dan Interaktif”.
1. Alasan
Pemilihan Strategi
Dongeng termasuk dalam cerita rakyat lisan. Menurut
Danandjaja (1984) cerita rakyat lisan terdiri atas Mite, Legenda, dan Dongeng.
Mite adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci
oleh yang empunya cerita. Mite ditokohkan oleh para dewa atau mahluk setengah
dewa. Peristiwanya terjadi pada masa lampau. Sedangkan Legenda adalah cerita
rakyat yang mempunyai cirri-ciri mirip dengan Mite, yaitu dianggap benar-benar
terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Legenda ditokohkan oleh manusia, walaupun
kadang-kadang mempunyai sifat luar biasa dan seringkali dibantu oleh
makhluk-makhluk ajaib. Tempat terjadinya adalah di dunia seperti yang kita
kenal sekarang, dan terjadinya belum lampau. Sebaliknya Dongeng adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi oleh
yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Dongeng
diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga dongeng yang
melukiskan kebenaran, berisi ajaran moral, bahkan sindiran.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa
definisi dongen adalah suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan
kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang
mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya.
Menurut Anti Aarne dan Stith Thomson, dongeng
dikelompokkan dalam empat golongan besar, yaitu dongeng binatang, dongeng
biasa, lelucon atau anekdot, dan dongeng berumus. Dongeng binatang adalah
dongeng yang ditokohi oleh binatang. Dongeng biasa adalah dongeng yang ditokohi
manusia atau biasanya merupakan kisah suka duka seseorang. Dongeng lelucon atau
anekdot adalah dongeng yang dapat menimbulkan tawa bagi yang mendengarnya
maupun yang menceritakannya. Dongeng berumus adalah dongeng yang strukturnya
terdiri dari pengulangan.
Agar kegiatan
mendongeng menyenangkan, salah satu yang sangat diperlukan untuk menunjang
kegiatan tersebut adalah adanya media mendongeng. Pada pendidikan anak usia
dini dongeng mempunyai tujuan edukatif. Menurut Hj. Titi
Surtiati dan Sri Rejeki (1999:1) “Media pendidikan dalam pengertian yang luas
adalah semua benda, tindakan atau keadaan yang dengan sengaja
diusahakan/diadakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak usia dini dalam
rangka mencapai tujuan”. KOBE dipilih sebagai media untuk menerangkan/mempraktekkan
kepada anak didik ketika mendongeng. Dengan media tersebut anak-anak akan cepat
menangkap maksud/tujuan dari dongeng yang disampaikan karena diperagakan atau
dipraktekkan langsung dengan media tersebut.
Selain itu koran bekas adalah limbah sangat mudah
diperoleh, harganya murah, dan mudah dibentuk sesuai keinginan. Di PAUD Islam
Terpadu Kota Wali Demak, KOBE secara aktif digunakan sebagai media pembelajaran
sejak dimenangkannya lomba pendidik PAUD kategori lomba APE tahun 2009 tingkat
Kabupaten Demak. Dan berhasil memperoleh 10 besar tingkat propinsi Jawa Tengah.
Gambar 2. Juara 1 Lomba Pendidik
Kategori APE Tahun 2009 dan Lomba APE Tingkat Propinsi.
MENARI sebagai tekhnik
dalam mendongeng dipilih karena selama ini di PAUD dongeng disampaikan secara datar
dan kurang menarik, sehingga terkadang pesan atau hikmah yang terkandung dalam
dongeng yang diharapkan akan mampu menanamkan nilai-nilai karakter tidak
mengena dalam diri anak.
2. Deskripsi
Strategi
a. KOBE
KOBE
atau Koran Bekas adalah limbah yang selama ini pemanfaatannya dalam pembelajaran
anak belumlah maksimal. Sebelum digunakan sebagai media pembelajaran
mendongeng, KOBE terlebih dahulu dibentuk menjadi bentuk-bentuk karakter yang
dipakai dalam dongeng untuk kemudian di lem dan diwarnai. Kreatif membuat KOBE
menjadi media dongeng merupakan langkah awal dalam mendongeng. Digunakan supaya
anak lebih mudah mendapatkan gambaran dari dongeng yang disampaikan.
Gambar 3. KOBE dan Hasil Jadi Setelah Dibuat Menjadi Alat
Peraga yang Digunakan untuk Mendongeng.
b.
MENARI
Sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu dongeng
diharapkan mampu memberikan pesan
dan hikmah oleh karenanya penyajian dongeng kepada anak usia dini harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Menarik.
Pemilihan dongeng terlebih dahulu harus direncanakan.
Sesuaikan dengan tema dan tujuan dari pembelajaran. setelah penentuan tema,
buat atau cari dongeng yang menarik dan dekat dengan dunia anak.
2) Ekspresif
Dongeng yang baik apabila disampaikan secara ekspresif.
Mimik muka, body language serta
kedalaman penjiwaan dibutuhkan agar pesan dongeng tersampaikan.
3) Intonasi
Intonasi suara yaitu dalam mendongen harus mempunyai
nada suara yang berbeda dalam setiap pengucapan sesuai dengan sifat dan kondisi
dalam dongen. Disamping itu juga diperlukan untuk membedakan karakter dari
tokoh-tokoh dalam dongeng.
4) Rileks
Menyampaikan dongeng dilakukan dengan rileks (santai) tidak
terburu-buru. Kondisi rileks juga untuk menjaga emosi anak dalam mendengarkan
sebuah cerita. Sehingga anak dapat berimajenasi seoalah-olah berada dalam kisah
dongeng tersebut.
5) Interaktif
Interaksi dalam mendongeng disini diartikan bahwa
mendongen itu juga memberikan umpan balik kepada anak didik yang mendengarkan.
Interaksi mendongeng bisa dilakukan dengan berdiri dan berjalan mendekati anak
sehingga suasana mendongeng menjadi lebih hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode
dan Prosedur Kerja
Penerapan strategi KOBE MENARI pada PAUD Islam Terpadu
Kota Wali Demak yang terletak di Jl. Kenep Utara RT. 03 RW. 03 No. 65 Kelurahan
Mangunjiwan Kabupaten Demak Propinsi Jawa Tengah sebagai media dan tekhnik
mendongeng dilakukan dari hasil pengamatan dan hasil belajar pendidik untuk kemudian
diterapkan sebagai strategi untuk menyampaikan dongeng.
1. Pembuatan
RKH (Rencana Kegiatan Harian)
Sebelum menyampaikan dongeng, pendidik harus membuat Rencana
Kegiatan Harian (RKH) yang kemudian disusun berdasarkan RKM (Rencana Kegiatan
Mingguan). Penyusunan RKH disesuaikan dengan tahap perkembangan dan usia anak
(lihat dalam lampiran). PAUD Islam Terpadu Kota Wali Demak menyediakan layanan
dari usia 2-6 tahun. Oleh karenanya penyusunan RKH harus sesuai dengan tingkat usia
anak. Penentuan jenis dongeng serta waktu dongeng juga sangat mempengaruhi
pendalaman pesan-pesan yang akan disampaikan kepada anak.
Waktu mendongeng menurut para ahli didasarkan pada
daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi, dan daya tangkap anak
diklasifikasikan sebagai berikut :
a.
Sampai
usia 4 tahun, waktu yang digunakan hingga 7 menit.
b.
Usia
4-8 tahun, waktu yang digunakan hingga 10-15 menit.
c.
Usia
8-12 tahun, waktu yang digunakan hingga 25 menit.
Namun tidak menutup kemungkinan waktu mendongeng
menjadi lebih panjang.
Contoh dongeng yang digunakan di PAUD Islam Terpadu Kota Wali Demak adalah dongen yang terispirasi
dari binatang laut yang menjadi filosofi berdirinya Masjid Agung Demak.
Dongeng ini ditujukan untuk anak-anak usia 4-5 tahun merupakan
dongeng fabel. Dongeng yang mengambil kisah BULUS. BULUS atau penyu merupakan simbol yang digunakan pada Mihrab
Masjid Agung Demak. Memiliki filosofi Bu
(mlebu) dan Lus (alus), yang
diartikan mlebu sing alus atau berbudi pekerti yang halus.
Disamping itu BULUS juga sebagai symbol waktu berdirinya
Masjid Agung Demak saat pimpinan Raden Fatah yaitu 1401 Saka (1479 M). Kepala
bulus melambangkan angka 1,4 kaki bulus yang melambangkan angka 4, badan bulus
melambankan angka 0, dan 1ekor melambangkan angka 1. Cerita BULUS diangkat
sebagai wujud kepedulian dan kearifan budaya lokal Demak.
Gambar 4. Bulus pada Mihrab/ Tempat Pengimaman
di Masjid Agung Demak
Dongeng dibawah ini merupakan
penerapan pengembangan nilai-nilai moral agama.
Judul cerita : Bulus Si Pemaaf
Penulis : Uci Noviati, S. Pd.
AUD
Pemain :
a.
Bulus
: penyu, besar, sifatnya sabar dan pemaaf
b.
Duti
: ikan badut, kecil, lincah, sifatnya pemarah
Naskah
cerita :
Di kampung laut, hiduplah berbagai macam binatang laut
yang beraneka ragam. Mereka hidup dengan damai. Ada sepasang sahabat bernama Bulus
dan Duti. Suatu hari Bulus dan Duti sedang bermain bersama. Mereka berlarian
kesana kemari, namun Bulus selalu tertinggal hingga membuat Duti merasa jengkel
karena harus menunggu terus. “Bulus! Kalau jalan yang cepat dong! Kamu itu
lelet sekali. Apa kamu memang tidak bisa lebih cepat lagi! Kalau jalanmu pelan
begitu, aku tinggal saja ya? Aku mau main sama yang lain saja!” sambil
marah-marah Duti pergi meninggalkan Bulus begitu saja. Namun Bulus sangat sabar,
setiap berangkat sekolah, Bulus selalu menghampiri Duti ke rumahnya juga selalu
meminjamkan buku atau mainan kepada Duti meskipun sahabatnya itu sering
menyakiti hatinya.
Seperti biasa sepulang sekolah Duti lari meninggalkan Bulus
jauh dibelakangnya. Duti tidak pernah mau menunggu sahabatnya itu. Namun karena
tergesa-gesa sirip dan ekor Duti tergores saat melewati karang-karang yang tajam,
hingga terluka dan membuat Duti tidak bisa berenang. Duti menangis dibalik
karang tersebut. Teman-teman Duti yang berenang melewatinya tidak peduli
dengannya. Karena Duti terkenal sebagai anak yang pemarah. Jadi tak satupun
teman yang mau menolongnya. Dari kejauhan Bulus mendengar tangisan Duti, dan
berenang menghampiri sahabatnya itu. Melihat sahabatnya terluka dan tidak bisa
berenang, Bulus menawarkan pungungnya untuk dinaiki.
Awalnya Duti menolak, dia malu. Namun karena Bulus
terus menawarkan akhirnya Duti menerima tawaran Bulus. Duti naik ke punggung Bulus.
Bulus berenang dengan hati-hati membawa sahabatnya yang sedang terluka dan
mengantarkan pulang. Sampai di rumah mereka disambut oleh orang tua Duti. Orang
tua Duti mengucapkan terimakasih. Namun Duti diam saja. Duti malu terhadap
perbuatannya selama ini. Bulus yang selalu di celanya, kini malah menolongnya.
Esok hari seperti biasa Bulus menghampiri Duti untuk
berangkat sekolah, namun Duti masih sakit. Hal itu berlangsung selama seminggu.
Sampai akhirnya, di suatu pagi Bulus terkejut, melihat Duti menghampirinya
ketika berangkat sekolah. Duti mengucapkan terimakasih dan berjanji tidak akan
berbuat jahat lagi pada Bulus, karena Bulus adalah sahabatnya yang baik hati.
Pesan
moral :
Jadilah
anak yang baik hati, pemaaf dan sabar karena dengan begitu akan ada banyak
orang yang menyayangimu.
Gambar 5. Rencana Kegiatan Harian
Gambar 6. Rencana Kegiatan Mingguan
Gambar 7. Kegiatan Saat Mendongeng Bulus Si Pemaaf
2. Merancang
KOBE sebagai Media Dongeng
Setelah tema dan cerita didapat, langkah selanjutnya
adalah membuat tokoh-tokoh dalam cerita dari limbah Koran Bekas (KOBE). Berikut
adalah teknik pembuatan tokoh binatang dalam dongeng dari KOBE :
a.
Persiapan
Mempersiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan dalam membuat karakter binatang dalam cerita
yaitu KOBE (Koran Bekas), lem kertas, gunting, kuas, pewarna, dan spidol.
b.
Inti
/ Pembentukan Tokoh dalam Cerita
Dalam pembuatan tokoh binatang yang ada dalam cerita
yaitu Bulus dan Duti dibutuhkan 11 lembar Koran bekas. 9 lembar untuk pembuatan
tokoh Bulus dan 2 lembar untuk pembuatan tokoh Duti. Pada dasarnya pembuatan
tokoh binatang dengan menggunakan koran bekas sangat sederhana, yaitu :
meremas-remas, melipat, dan melilit. Untuk lebih jelasnya penulis menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
1)
Ambil
4 lembar koran bekas kemudian remas kearah bawah hingga menjadi bulatan besar
yang akan difungsikan sebagai tubuh bulus.
2)
Ambil
1 lembar koran bekas remas ke arah bawah
menjadi bulatan kecil yang akan dipakai sebagai kepala bulus.
3)
Ambil
koran bekas lainnya lalu lipat hingga menyerupai kaki, buat 4 buah dan 1 lembar
Koran bekas lipat menjadi ekor bulus.
4)
Rekatkan
kepala, tubuh dan kaki bulus dengan menggunakan lem.
5)
Ambil
2 lembar koran bekas, buat menjadi sebuah ikan kecil dengan cara meremas-remas
sehingga membentuk bulatan yang menyerupai badan ikan. Dan sisanya dilipat
menjadi ekor dan siripnya.
c. Finishing
Setelah bentuk bulus dan ikan mongering. kemudian
lakukan pewarnaan di seluruh tubuh bulus dengan menggunakan warna hijau. Tunggu
hingga warna meresap dan kering. Lalu beri garis di punggung bulus dengan
menggunakan spidol warna hitam. Untuk ikan, cat seluruh tubuh ikan dengan warna
merah dikombinasi dengan warna kuning.
Gambar
8. Merancang KOBE Menjadi Media Dongeng
3. Langkah
– Langkah Mendongeng
a.
Kondisi
Kesehatan
ü
Rohani
Kita
sebagai pendongeng diwajibkan sehat rohani dan selalu bersfikir dan bersifat
positif. Karena jika kita dalam kondisi yang sedang mengalami kesehatan rohani
yang lemah akan mempengaruhi dalam mendongeng.
ü
Jasmani
Karena
dalam mendongeng itu memerlukan suara yang prima, ekspersi tubuh dan kenyamanan,
maka setiap pendongeng harus fit dan sehat badannya.
b.
Persiapan
Mendongeng
ü
Memilih
dongeng
Memilih
dongeng merupakan hal sangat penting karena tidak semua dongeng dapat
diterapkan kepada anak usia dini. Dongeng yan dapat diterapkan kepada anak usia
dini adalah dongeng yang menarik, sederhana, menghibur dan mengilhami anak
untuk melakukan sesuatu yang kreatif dan positif.
ü
Membaca
tuntas dan berulang-ulang
Persiapan
dalam mendongeng, pendongeng harus membaca dongeng secara tuntuas dan
berulang-ulang agar pendongeng benar-benar mendalami dan menafsirkan dongeng
tersebut dengan benar.
4. Menyampaikan
Dongeng dengan Teknik MENARI
Pada dongeng Bulus Si Pemaaf ini, teknik yang dipakai
adalah MENARI. Sampaikan dongeng
secara Menarik, bawakan dongeng secara Ekspresif, lafalkan dengan Intonasi yang
jelas, ceritakan dongeng dengan Rileks dan ajak anak-anak Interaktif saat
dongeng berlangsung.
a.
Menarik
Bahwasanya seni mendongeng ini berkaitan dengan
bagaimana cara mengkisahkan suatu dongeng dengan sederhana sesuai dengan
kondisi yang didongengkan yaitu anak usia dini, tetapi tetap sangat menarik dan
menghibur yaitu dengan menggunakan cara – cara sebagai berikut :
ü
Membuat
plot dongeng atau alur dongeng yang dekat dengan kehidupan anak usia dini.
ü
Membuat
kerangka dongeng
ü
Memilih
kosa kata yang mudah dipahami oleh anak usia dini.
ü
Menentukan
gaya yang menyenangkan dan akrab bagi anak usia dini.
Perlu diingat
bahwa anak-anak akan lebih suka mendongen dengan tuturan. Oleh sebab itu,
dongen harum mempunyai plot yang sederhana tapi menarik.
b.
Ekpresif
Sikap kita saat mendongeng hendaknya tidak kaku.
Berlakulah wajar dan ekspresif. Perlu pula menggerakkan ekpresi tubuh, suara
dan pandangan mata, gerakan bibir dan berbagai organ tubuh lainnya untuk
menegaskan maksud dan tujuan yang terkandung dalam dongeng tersebut. Mendongeng
tidak harus menghafal kapan gerakan tangan, mata ataupun kapan harus tersenyum.
Gerakan – gerakan itu akan muncul bila ada penghayatan pada dongeng itu sendiri.
Ia akan muncul secara spontan dan ekspresif bila kita betul-betul memahami,
menjiwai dan mendalami dongeng yang kita tuturkan kepada anak-anak.
c.
Intonasi
Memainkan intonasi yang berbeda-beda akan sangat
bermanfaat bagi indera pendengaran anak usia dini. Tentu, dengan memainkan
intonasi yang berbeda-beda menjadikan dongeng yang kita sampaikan akan lebih
menarik. Jika kita mendongeng dengan nada yang datar, apalagi sambil
terkantuk-kantuk, anak akan bosan. Berbeda jika cara bertutur kita amat
variatif, misalkan tokoh Bulus dengan suara besar dan agak serah, tokoh Duti
dengan sucara keras dan cempreng dan berbagai tokoh dengan karakter suaranya masing-masing
tentu perhatian anak akan lebih tercurah dan lebih fokus pada dongeng yang kita
tuturkan.
Dalam memproduksi suara yang sesuai dengan karakter
tokoh atau dialog dalam kondisi tertentu dalam dongeng. Untuk memperoleh olah
suara / vocal yang baik dalam mendongeng, perlu latihan olah nafas dan olah
vocal diantaranya :
ü
Pernafasan
dada atau biasa adalah Nafas yang telah diambil disimpan pada rongga dada
kemudian keluarkan secara perlahan-lahan dan agak ditekan, kemudian kita ulangi
dan dikeluarkan lewat mulut terbuka.
ü
Pernafasan
diafragma adalah pengambilan nafas pelan lalu kita simpan pada diafragma
(ruangan antara dada dan perut atau dasar dada) yang kemudian kita tekan dan
simpan untuk beberapa waktu lalu dilepaskan pelan-pelan melalui mulut terbuka.
ü
Untuk
latihan vocal, buka mulut lebar-lebar untuk menyuarakan huruf vocal mulai dari
yang datar sampai dengan nada tinggi.
d.
Rileks
Dalam menyampaikan dongeng agar dapat dinikmati dan
dipahami sehingga tujuan dongeng tersebut tersampaikan, tempat dan anak-anak
harus dalam kondisi yang rileks. Rileks dalam hal ini berarti penataan ruangan
kelas yang bersih dan nyaman. Kita juga bisa mensetting ruangan sesuai dengan
cerita yang akan disampaikan. Selain itu pengkondisian anak-anak dibuat
menyenangkan, tertib dan kedekatan terhadap yang pendongeng. Minimalisirkan
hal-hal yang nantinya mengganggu konsentrasi anak dalam menikmati dongeng.
e.
Interaktif
Anak usia dini yang rasa ingin taunya lebih besar,
tidak akan tinggal diam jika kita (pendidik) menggunakan media mendongeng yang
baru. Oleh karena itu interaktif dalam mendongeng perlu diarahkan agar tidak
mengganggu kondisi yang sudah terbangun. Interaktif anak dengan pendidik dalam
mendongeng kita wujudkan dengan umpan balik seolah-olah anak larut dan berada
dalam cerita dongeng, misalkan mengarahkan media mendongeng kepada anak saat
berdialog. Menirukan gerakan-gerakan tertentu dalam adegan dongeng dan lain
sebagainya.
Interaksi dalam mendongeng yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut :
ü
Interaksi
dilakukan untuk menggugah motivasi anak dalam mendengarkan dongeng.
ü
Interaksi
harus sesuai dengan plot dongeng dan tidak mengganggu konsentrasi anak.
ü
Interaksi
merangsang kepekaan anak dalam mendengarkan dongeng.
5. Evaluasi
/ Assesment / Penilaian
Gambar 9 . Format Check List
B. Hasil
yang Dicapai dalam Melaksanakan Strategi KOBE MENARI
Setelah penerapan strategi KOBE MENARI dalam
pembelajaran mendongeng di PAUD Islam Terpadu Kota Wali Demak maka hasil yang
dicapai adalah :
1.
Pendidik
semakin terpacu dan kreatif memanfaatkan KOBE dan barang bekas lainnya sebagai
media pembelajaran, sehingga menghasilkan karya dan beberapa kali berhasil
memenangkan lomba cipta APE.
Tabel 1. Prestasi PAUD Islam
Terpadu Kota Wali Demak
No
|
Prestasi
|
Kategori
|
1
|
Juara 1
|
“Cipta APE” Lomba Kreativitas Tenaga
Pendidik Anak Usia Dini Tingkat Kabupaten Demak tahun 2008
|
2
|
Harapan 3
|
“Lomba PAUD Jalur Pendidikan
Non Formal” Tingkat
Kabupaten Demak tahun 2008
|
3
|
Juara 1
|
“Lomba Karya Nyata APE Bahan
Limbah” Ajang
Kreasi Semarak Anak Usia Dini Hari Anak Nasional Kabupaten Demak Tahun 2009
|
4
|
Juara 1
|
“Karya Cipta APE Berbahan
Limbah” Kategori Pendidik dalam
rangka HAN Kabupataten Demak Tahun 2012
|
2.
Anak-anak yang tumbuh
sebagai karakter yang berakhlak mulia, bertangung jawab, dan penuh kasih
sayang. Karakter seorang anak tidak dapat terbentuk dengan sekejap. Membutuhkan
proses, sehingga karakter yang baik itu dapat dilakukannya dengan kesadaran
sendiri tanpa paksaan dan tekanan dari orang lain.
Gambar 10. Praktek Sholat Berjamaah
dan Menyayangi Orang Tua
Gambar 11. Kegiatan Upacara Bendera dengan Khitmad
dan Bertanggung Jawab Merapikan Kelas
3.
Anak
menjadi lebih semangat selama kegiatan pembelajaran, karena pembelajaran
berlangsung dengan menyenangkan.
4.
Kreativitas
dan kemampuan anak semakin berkembang. Kretivitas yang diperoleh salah satunya
dari proses pengembangan imajinasi dari pendalaman suatu dongeng.
Gambar 12. Anak Sedang Berkreasi
5.
Input
dari masyarakat semakin positif ditunjukkan dengan jumlah kenaikan anak didik
setiap tahunnya.
Grafik 1. Perkembangan Anak Didik
PAUD IT Kota Wali Demak
C. Kendala
yang Dihadapi dalam Melaksanakan Strategi KOBE MENARI
Kendala-kendala yang dihadapi selama penerapan
strategi KOBE MENARI antara lain :
1.
Membutuhkan
waktu, niat dan kerjasama dalam membuat media pembelajaran dari KOBE, sehingga
pendidik harus menerapkan skala prioritas dalam pembuatan media dongeng ini.
2.
Penjiwaan
dilakukan sebagai pendalaman maksud atau tujuan suatu dongeng. Esensi dari
suatu dongeng bagi anak usia dini diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai
karakter. Kurangnya penjiwaan pada saat menyampaikan dongeng membuat suatu
dongeng menjadi tidak maksimal.
3.
Dibutuhkan
kemauan yang kuat dalam menerapkan strategi KOBE MENARI karena dalam
pembuatannya membutuhkan waktu dan kreativitas.
D. Faktor-faktor
Pendukung
Faktor-faktor yang mendukung dalam penerapan strategi
KOBE MENARI adalah :
1.
Komitmen
untuk senantiasa berkarya membuat perubahan untuk anak bangsa. Komitmen yang
kuat yang disertai dengan niat yang tulus dari seorang pendidik agar anak-anak
menjadi anak-anak yang berkualitas akhlak dan kemampuannya.
2.
Semangat
pendidik dalam membimbing anak-anak menjadi anak yang berkarakter sejak dini.
Membuat program-program pembelajaran yang mendukung penanaman karakter anak yang
baik.
3.
Kegiatan-kegiatan
lain yang menunjang, seperti dongeng siroh nabawi (cerita tentang para nabi) dan
shiroh shohabiyah (cerita tentang sahabat-sahabat nabi) yang terprogram dalam
program kerja PAUD Islam Terpadu Kota Wali Demak penyampaiannya tiap pekan
secara begiliran di tiap kelas.
4.
Net
working dengan pihak-pihak yang peduli dengan anak usia dini, dibuktikan dengan
ditandatanganinya surat pernyataan kesediaan bekerjasama dari Mohhammad
Kusyanto, ST, MT. oleh PAUD IT Kota Wali Demak. Data terlampir.
5.
Semangat
dari FORSIK2W (Forum Silaturahmi Keluarga PAUD IT Kota Wali Demak) dalam
penyampaian kegiatan pembelajaran kepada orang tua murid selama anak-anak
belajar dan bermain di kelas.
E. Tindak
Lanjut/Rencana Desiminasi
Tindak lanjut penerapan strategi KOBE MENARI untuk
meningkatkan kretivitas pendidik anak usia dini di PAUD IT Kota Wali Demak,
antara lain :
1.
Akan
terus mengkaji ulang dan menyempurnakan strategi KOBE MENARI sehingga mampu
menjadi suatu strategi yang bermutu.
2.
Mengadakan
seminar dan pelatihan-pelatihan secara continue
guna mensosialisasikan KOBE MENARI agar dapat digunakan lembaga lainnya dalam pembelajaran
mendongeng.
3.
Memberdayakan
dan mengaktifkan semua elemen pendidik anak usia dini agar menggunakan dongeng
untuk mengoptimalkan penanaman karakter anak dengan menggunakan KOBE MENARI
sebagai strateginya melalui program-program di Forum HIMPAUDI.
4.
Pendisiminasian
karya KOBE MENARI di PAUD HASANA MULIA DEMAK yang telah dilakukan pada hari
Senin, 29 April 2013. Data terlampir.
BAB III
SIMPULAN
DAN REKOMENDASI
A.
Simpulan
Berdasarkan pemaparan Karya Nyatadiatas dapat
disimpulkan bahwa :
1.
KOBE
MENARI adalah strategi yang dapat digunakan dalam menyampaikan dongeng kepada
anak usia dini sebagai penanaman nilai-nilai karakter.
2.
Hasil
yang diperoleh dalam penerapan strategi KOBE MENARI adalah pendidik semakin
kreatif dan inovatif dalam menciptakan media pembelajaran serta maksimal
menggunakan dongeng dalam pembelajaran dengan metode/cara yang menyenangkan.
3.
Kendala
yang dihadapi selama penerapan strategi KOBE MENARI adalah waktu dan kemauan
yang kuat sehingga tujuan dari penerapan strategi ini bisa berhasil
4.
Faktor
pendukung yang menunjang pelaksanaan strategi KOBE MENARI adalah komitmen pendidik,
semangat dari FORSIK2W serta kegiatan siroh tiap pekan. Selain itu net working
dengan pihak yang peduli dengan pendidikan anak usia dini membuat strategi KOBE
MENARI semakin optimal.
5.
Tindak
lanjut dari strategi KOBE MENARI yaitu memberdayakan semua elemen pendidikan
anak usia dini agar menggunakan dongeng dalam pembelajaran dengan
mengoptimalkan strategi KOBE MENARI sebagai metodenya.
B.
Rekomendasi
1.
Rekomendasi
untuk pemerintah dan pembuat kebijakan
Strategi
KOBE MENARI dapat menjadi model dalam pembelajaran dongeng anak usia dini
karena strategi ini sangat bermanfaat untuk penanaman nilai-nilai karakter anak
dan penerapannya pada PAUD di seluruh Indonesia.
2.
Rekomendasi
untuk pengelola PAUD
Pemberdayaan
dan optimalisasi dongeng sebagai indikator pengembangan kemampuan anak disertai
penerapan strategi KOBE MENARI di dalamnya.
3.
Rekomendasi
untuk pendidik anak usia dini.
Mengaplikasikan
strategi KOBE MENARI ketika menyampaikan dongeng kepada anak sebagai
pembelajaran di kelas.
4.
Rekomendasi
untuk masyarakat.
Agar
masyarakat senantiasa memberikan dukungan penuh kepada setiap program dan
metode pembelajaran di PAUD sehingga strategi KOBE MENARI dapat lebih maksimal
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Cakra, Ki Heru. 2012. Mendongeng Dengan Mata Hati. Surabaya: Mumtaz Media.
Chatib, Munif. 2012. Sekolahnya Manusia : Sekolah Berbasis Intelligences di Indonesia.
Bandung: Kaifa.Wikipedia.com.
Dhieni Nurbiana, dkk. 2008. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Fauzil Adhim, Mohammad. 2012. Saat Berharga Untuk Anak Kita. Yogyakarta: Pro-U Media.
Fridani, Lara. 2011. Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Gunardi Winda, dkk. 2010. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Masitoh, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suhartinah, Sumi. 2012. Pendidikan Karakter di TK Al Azhar Syifa. Bandung: Universita
Pendidikan Indonesia.
W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar